ROCK CLIMBING
I. Pendahuluan
Rock climbing merupakan salah satu bagian dari kegiatan Mountaineering yang paling penting, yang sangat memerlukan kecakapan mendaki tebing batu yang terjal, kemampuan dalam menganalisa yang tinggi, mental baja , serta ketahanan fisik yang besar.
Secara etimologis Rock Climbing terdiri dari dua kata yaitu Rock dan climbing. Rock berarti batuan dan Climbing berarti pemanjatan. Jadi Rock climbing yaitu teknik memanjat tebing batu dengan memanfaatkan cacat batuan, baik tonjolan maupun rekahan yang mempunyai kemiringan tebing lebih dari 70o.
II. Tehnik Penambatan
Suatu tehnik guna memperoleh tambatan (anchor) baik tambatan dari alam ataupun dari alat penambatan.
• Natural anchor : Tambatan/anchor yang dibuat dengan memanfaatkan atau dibuat dari alam.
• Artifisial anchor : Tambatan (anchor) yang sengaja dibuat dengan menggunakan alat penambatan. Sepenuhnya bergantung pada alat penambatan.
III. Jenis-jenis Pemanjatan
A. Panjat tebing menurut system
1. Alphine push : suatu pemanjatan dimana semua personeldan peralatan dibawa keatas dan menginap di tebing.
2. Himalaya style : suatu pemanjatan dimana semua personel selalu turun pada setiap akhir hari pemanjatan dan beristirahat dibawah.
B. Panjat tebing menurut penggunaan pengaman
Free Climbing : suatau pemanjatan yang memanfaatkan peralatan hanya sebagai pengaman dan ranner.
Free soloing : suatu pemanjatan yang dalam pergerakannya tidak memerlukan peralatan pengaman.
Artifisial climbing : suatu pemanjatan yang dalam usahanya untuk menambah ketinggian menggunakan bantuan peralatan.
IV. Teknik Pemanjatan
1. Free Climbing
Merupakan teknik pemanjatan tebing dengan menggunakan alat-alat bantu yang digunakan untuk menambah dalam ketinggian, dan tidak langsung mempengaruhi gerak memanjat itu sendiri. Unsur pertama dalam pemanjatan ini adalah pegangan dan pijakan yang diperoleh dari cacat batuan dan rekahan/ celah. Teknik memanjat yang khusus merupakan koordinasi yang serasi antar memegang, menekan, menggenggam, atau menjepit, menginjak, dan gerak tubuh, yaitu antara lain :
a. Layback yaitu digunakan pada celah vertikal yang memanfaatkan tekanan antar tubuh.
b. Cheval yaitu dilakukan pada batu bagian punggung tebing batu dengan bidang yang sangat kecil dan tipis.
c. Mantelshelf yaitu digunakan bila menghadapi suatu tonjolan datar atau flat yang luas sehingga dapat menjadi tempat untuk berdiri.
d. Slab/Friction Climbing yaitu teknik yang dilakukan pada tebing yang licin dan tanpa celah atau rekahan serta kondisi tidak terlalu curam.
e. Wriggling yaitu teknik yang dilakukan pada celah celah antara dua tebing.
f. Backing up yaitu teknik yang dilakukan pada suatu celah dengan lebar yang cukup.
g. Bridging yaitu teknik yang dilakukan pada lubangtebing yang besar.
h. Traversing yaitu gerakan menyamping atau horisontal dari suatu tempat ketempat yang lain.
Adapun contoh dari cacat batuan :
- Rack : terjadi pada permukaan tebing karena proses alami. Dalam pendakian dikenal adanya tiga creck yaitu slant, horisontal dan vertikal.
- Hold : tidak jauh berbeda dengan creck, karena bentuknya berbeda-beda, maka untuk melakukan pemanjata yang baik dibutuhkan tehnik yang berbeda pula.
2. Artificial Climbing ( Aid Climbing)
Pemanjatan Artificial adalah suatu cara untuk menambah ketinggian dengan bertumpu pada alat sepenuhnya, dan biasanya dilakukan dalam pemanjatan Big wall.
Dalam teknik pemanjatan ini banyak menggunakan peralatan atau alat bantu dalam menambah ketinggian dalam pemanjatan, dan harus bisa memanajemen semua jenis peralatan. Karena itu kelancaran dalam seni memakai alat sangat fital untuk bergerak dengan aman dan efisien.
V. Klasifikasi Panjat Tebing
A. Menurut Lama Pemanjatan Dan Ketinggian
1. Bouldering
Pemanjatan yang dilakukan pada tebing yang tidak terlalu tinggi, dengan menggunakan gerakan vertikal kanan–kiri dan naik turun. Dalam bouldering ini gerakan dilakukan berulang-ulang dan hanya memerlukan peralatan yang berupa pakaian, sepatu, dan chalk bag.
Adapun tujuan bouldering adalah :
a. Sebagai pemanasan bagi pemanjat .
b. Sangat bagus untuk melatih gerakan yang sulit
c. Bouldering juga digunakan untuk melatih endurance
2. Crag climbing
Merupakan panjat bebas, dan dalam pelaksanaanya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Single pitch Climbing
Dalam pemanjatan ini tidak diperlukan dengan berhenti ditengah untuk mengamankan orang kedua.
b. Multi pitch climbing
Pemanjatan ini dilakukan pada tebing yang lebih tinggi dan dperlukan pergantian leader. Tiap pemanjat memulai dan mengakiri pada teras memadai untuk mengamankan diri dan untuk mengamankan orang kedua (second man).
3. Big wall climbing
Jenis pemanjatan ditempat yang lebih tinggi dari crag climbing dan membutuhkan waktu berhari-hari, peralatan yang cukup dan juga memerlukan pengaturan tentang jadwal pengaturan.
Ada dua sistem dalam pemanjatan bigwall yaitu:
a. Alpine push atau siege taktik
Dalam artian yaitu pemanjat selalu ditebing dan tidur ditebing. Jadi segala peralatan dan perlengkaan serta kebutuhan untuk pemanjatan dibawa keatas. Pemanjatan tidak perlu turun sebelum pemanjatan sampai titik terakir.
b. Himalaya tactik
Pemanjatan big wall yang dilakukan pada sore hari. Setelah itu pemanjat boleh turun base camp untuk istirahat dan pemanjatan dilakukan keesokan harinya. Sebagian alat masih menempel ditebing untuk memudahkan pemanjatan selanjutnya. Ini dilakukan sampai puncak.
Perbedaan antara keduanya adalah :
# Alpine push
• Waktu pemanjatan lebih singkat
• Alat yang digunakan lebih sedikit
• Perlu load carry
# Himalayan tactik
• Waktu pemanjatan lebih lama
• Alat yang dibutuhkan lebih banyak
• Tidak memerlukan load carry
B. Menurut kondisi medan
1. Klas I : Berjalan tegak tanpa peralatan
2. Klas II : Medan agak sulit perlu bantuan kaki dan tangan
3. Klas III : Medan agak curam perlu teknik tertentu
4. Klas IV : Kesulitan bertambah, tali dan pengaman sudah digunakan
5. Klas V : Rute semakin sulit perlu banyak pengaman
6. Klas VI : Pemanjatan sudah sepenuhnya bergantung pada pengaman karena celah maupun pegangan tidak ada.
C. Menurut Tingkat Kesulitan
Klasifikasi pemanjatan menurut Yosemite Descimal Sistem
a. 5.0 s/d 5.4 : Terdapat tumpuan dua tangan dan dua kaki.
b. pemula 5.5 s/d5.6 : Terdapat tumpuan dua tangan bagi yang berpengalaman, untuk sulit menemukan tumpuan dua tangan.
c. 5.7 : Gerakan kehilangan satu pegangan/tumpuan/pijakan kaki.
d. 5.8 : Kehilangan dua tumpuan dari keempat tumpuan atau kehilanan satu tumpuan tapi cukup berat.
e. 5.9 : Hanya ada satu tumpuan yang pasti untuk kaki dan tangan.
f. 5.10 : Tak ada tumpuan tangan atau kaki, pilihanya adalah anda pura pura ada pegangan, berdoa atau pulang kerumah.
g. 5.11 : Setelah diperiksa, disimpulkan, gerakan ini tidak memungkinkan mesti ada beberapa orang yang biasa.
i. 5.12 : Permukaan vertikal dan licin seperti gelas, belum ada orang yang pernah naik meski ada yang mengaku ngaku.
j. 5.13 : Sama seperti 5.12, Cuma terletak dibawah overhang.
Di Inggris, penggolongan tingkat kesulitan dinyatakan dengan hurup, yaitu :
1. E (easy = mudah)
2. M (moderate = sedang)
3. D (difficult = sulit)
4. VD (very difficult = dangat sulit)
5. S (severe = berat)
6. VS (very severe = sangat beraat)
7.HVS (hard very severe = sangat berat sekali)
8.EXS (exstreme severe = paling berat)
Di pegunungan Alpin di Eropa, penggolongan itu dinyatakan dengan angka romawi I sampai IV. Dibandingkan dengan standar Inggris, penggolongan tingkat kesulitan di Eropa daratan itu adalah sebagai berikut :
EROPA INGGRIS
I E
II M
III D
IV VD/S
V S/VS
VI VS ke atas
Untuk tingkat kesulitan dalam teknik pemanjatan ini tidaklah mutlak, standar ini masih bergantung oleh beberapa hal.
VI. Langkah-langkah Pemanjatan
A. Penentuan jalur.
Dalam pemilihan jalur harus berdasar pada data yang telah ada, baik melalui literatur, imformasi, serta pengamatan langsung atau orientasi jalur. Dimana hal-hal dalam orientasi jaluryang berguna dalam pemanjatan antara lain:
Mengetahui tinggi medan,jenis batuan, macam pitch yang akan dipanjat.
Menentukan posisi awal pemanjatan.
Menentukan jenis alat pengaman yang akan digunakan.
Mengatur penempatan ancor, pergantian leader untuk hanging belay dan hanging bivaak.
B. Pembagian personel.
Pembagian personel harus berdasarkan pada :
a. Jumlah personelnya
b. Kemampuan personel
c. Jalur yang ditentukan
d. Sistem pemanjatan
e. Ketersediaan peralatan
C. Persiapan peralatan
Macam-macam peralatan yang digunakan harus disesuaikan dengan jalur yang dipilih, dan disusun rapi dan sistematis.
Faktor yang mempengaruhi pemakaian alat :
• Jenis batuan
• Kemampuan batuan
• Cacat batuan
• Pengaman yang tersedia
Adapun peralatan yang sering dipakai setiap pemanjat meliputi :
• Tali karmantle
• Harnes atau tali tubuh
• Sling
• Webing
• Piton
• Carabiner, menurut bentuknya terdiri dari Oval dan Delta dan D
• Pengaman sisip/choke stone
• Hammer
• Handrill
• Chalk bag dan magnesium
• Sepatu
• Helm
• Etrier/stirup
• Pulley
• Ascender
• Descender
• Sticht plate
• Driver
D. Persiapan pemanjatan
Setelah semua siap, baik peralatan, leder, belayer maka pemanjatan dapat dimulai. Hal yang penting dalam pemanjatan beregu yaitu komunikasi antar pemanjat baik leader maupun belayer yang menggunakan bentuk komunikasi. Ada dua bentuk yaitu melalui bahasa dan isyarat. Komunikasi bahasa digunakana apabila antara leader dan belayer masih dalam jangkauan teriakan. Komunikasi isyarat banyak digunakan bila antara leader dan bilayer sudah tidak dalam jangkauan teriakan. Dalam kenyataanya dilapangan komunikasi isyarat lebih menguntungkan sebab irit energi dan mudah pemakaiannya.
1. Pemanjatan
Dalam pemanjatan ini, leader melakukan pitch 1 dengan membawa dua rol tali sekaligus. Satu sebagai tali utama (yang akan diikatkan pada raner) dan tali tambat (fixet rope). Dalam fixet rope inidapat juga sebagai transport antara leader dan personil yang ada dibawahnya.
2. Cleaning
Setelah leader menyelesaikan pitch 1 dan memberitahu bahwa pemanjat kedua siap dan boleh naik. Personel kedua melakukan jumaring dan sekaligus menyapu runner yang telah dipasang leader.
Keuntungan jumaring pada fixet rope yaitu :
• Tali dalam keadaan lurus vertikal sehingga tidak terjadi pendulum
• Tali tidak tertambat pada runner yang akan diambil sehingga memudahkan pengambilan
• Gerakan lebih bebas
Agar cleaner tidak terlalu jauh dengan runner yang akan dilepas, maka antara tali utama dengan fixet rope harus dihubungkan.
Macam tugas cleaner :
a. Membersihkan jalur dan menyapu runner
b. Mencatat pengaman yang digunakan berikutnya
c. Sebagai leader untuk pitc berikutnya
d. Membawa tali untuk pemanjatan
3. Pemanjatan untuk pitch 2 dan selanjutnya
Pemanjatan berikutnya dilakukan apabila setelah cleaner sampai di pitch 1. Pada pitch 2 ini cleaner menjadi leader dan yang tadi sebagai leader berganti sebagai belayer. Sementara itu personel yang ada dibawah naik dengan jummaring, bila kondisi memungkinkan gerakan personil dibawah dapat dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan leader pada pitch 2, yang hanya perlu diwaspadai adanya runtuhan batuan, terutama pada gerakan leader. Untuk pemanjatan selanjutya pada pitch selanjutnya prosedurnya sama seperti diatas.
4. Turun tebing
Turun tebing dilakukan apabila pemanjat sudah sampai puncak dan menyelesaikan target yang telah ditentukan. Cara yang digunakan yaitu dengan reppeling. Untuk reppling perlu dibuat ancor sebagai penambat tali. Setelah tali terpasang maka reppling siap dilakukan. Reppling dapat dilakukan dengan tali tunggal atau ganda (doubel). Biasanya personel yang paling akhir menggunakan doubel rope dan tali hanya dikalungkan pada anchor, agar tali tersebut dapat ditarik ke bawah, begitu seterusnya untuk setiap pitch.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam reppling :
• Ujung bawah tali harus disimpul
• Tali antar pitc harus selalu dihubungkan
• Waspada terhadap runtuhan batuan
5. Dasar tebing
Setelah semuanya pemanjat turun, maka yang harus dilakukan adalah pendataan dan pengecekan semua peralatan yang dipakai.
6. Pembuatan topo atau data
Topo adalah merupakan gambar atau sket jalur yang berhasil dipanjat. Dalam pembuatan sket ini dilengkapi dengan data sebagai berikut :
a. Nama jalur yang dipanjat
b. Lokasi tebing
c. Jenis batuan
d. Tinggi tebing
e. Sistem pemanjatan
f. Teknik pemanjatan yang diterapkan
g. Waktu pemanjatan
h. Tingkat kesulitan ( grade )
i. Data peralatan yang digunakan
j. Sketsa jalur pada tebing
k. Operasional dan kondisis cuaca
l. Daftar pemanjat
VII. Belaying
Dalam pemanjatan tebing, orang yang pertama kali manjat disebut “leader”, sedangkan orang kedua yang melakukan pengamanan terhadap pemanjatan pertama disebut “Belayer”. Leader pemanjat pertama ini, memajat dengan pengamanan dari orang kedua (belayer) dengan system belaying yang terdiri dari tali dan ranner(raning bilay). Runner atau ranning belay adalah pengaman untuk mengurangi bahaya jatuh. Sedangkan untuk Belaying adalah suatu cara pengamanan untuk mengurangi bahaya jatuh pada waktu melakukan pemanjatan.
Yang harus diperhatikan dalam melakukan belay atau pengamanan :
- Belayer harus melihat gerakan leader sedapat mungkin. Hal ini dilakukan untuk memperlancar gerakan leader dalam menambah ketinggian dan dapat secepat mungkin mengantisipasi keadaan apabila leader terjatuh pada pemanjatan.
- Belayer harus memasang pengaman untuk dirinya dirinya sendiri sebelum melakukan belaying. Hal ini sangat penting apabila belayer mengantisipasi jatuhnya leader, dimana ia mendapat beban tambahan dan sentakan darin leader yang terjatuh. Sedangkan pengaman untuk belayer sendiri minimal dua buah.
Sebagai penutup dari uraian singkat mengenai systim belaying ini, maka perlu dijelaskan secara internasional yang memakai istilah bahasa inggris untuk menghindari kemungkinan salah paham antara belayer dengan pemanjat atau leadernya, yaitu :
- Pemanjat : “On belay” (Saya akan memanjat, Apakah belaying sudah siap?)
- Belayer : “Belay on” (Saya sudah siap)
- Pemanjat : “Climbing” ( Saya mulai memanjat )
- Belayer : “Climb” (Silahkan memanjat)
- Pemanjat : “Slack” (Kendorkan talinya. Saya tidak bias bergerak tali terlalu kencang)
- Pemanjat : “Up rope” (tali terlalu kendur. Mohon tali dikencangkan sedikit), belayer mengencangkan tali tanpa menyahut.
- Pemanjat : “Off belay” ( saya dalam posisi yang baik, tidak perlu belaying)
- Belayer : “Belay off” (belayer coba menyakinkan bahwa pemanjat betul-betul tidak tidak membutuhkan belaying lagi)
- Pemanjat : “Tension” (tahan tali dengan erat) belayer menahan dengan mengunci tali belaying.
- Pemanjat : “Falling” (saya jatuh, tali mohon dikunci)
- Pemanjat : “Rock” (ada benda keras yang jatuh, hati-hati)
- Belayer : “Rock” (belayer meneriakkan kembali kata-kata pemanjat sebagai tanda bahwa dia sudah mengetahui).
VIII. Ascending
a. Suatu tehnik yang memanfaatkan tali dan atau ascendeur fungsinya untuk memudahkan kita dalam menambah ketinggian dimana faktor keamanan lebih terjamin
b. Jenis-jenisnya :
• Prusiking : suatu tehnik naik dengan menggunakan tali prusik.
• Jummaring : suatu tehnik naik dengan menggunakan jumar.
• SRT( Singgle Rope Tehnic) : Suatu tehnik dimana kita bisa naik dan turun dengan
IX. Descending
a. Suatu tehnik turun yang memanfaatkan tali dan gesekan tali itu sendiri fungsinya untuk memudahkan kita dalam turun/menuruni tebing dimana faktor keamanan lebih terjamin.
b. Jenis-jenisnya :
o Body Rappel
o Tehnik Dufler : Tehnik ini merupakan cara paling lama (klasik), caranya sangat mudah, geserannya cukup baik, dan tidak membutuhkan alat apa-apa kecuali tali luncur. Tali luncur diselipkan diantara dua kaki, melingkarari pinggang kiri, menyilangi dada melalui bahu kanan dan ditahan tangan kiri yang fungsinya sebagai pengontrol. Tehnik ini seringkali berguna pada saat-saat darurat, misalnya pada saat karabiner atau descendeur mendadakmacet.
o Hasty : Hasty hanya berguna untuk tebing yang pendek dan tidak terlampau curam. Geseran pada tehnik ini dibentuk melalui tali yang melingkari tangan dan bahu, kontrol gerakan pada genggaman tangan, keseimbangan diperoleh dari posisi badan yang mirimg kearah bawah dengan kedua kaki mengkangkang secukupnya. Tapi segi keamanan kurang pada tehnik ini.
o Komando : Di sebut tehnik komando karena sering dipakai oleh Para Komando dan di Indonesia tehnik ini paling banyak digunakan. Caranya yaitu melilitkan tali pada karabiner sebanyak duakali lalu melewati selangkangan atau samping paha dan digenggam tangan sebagai penahan dari belakang. Tehnik ini banyak mempunyai kelemahan sehingga tidak terlalu disukai oleh kebanyakan pemanjat.
o Brake Bar Rappel : Dua karabiner, dengan kunci terletak berlawanan, dikaitkan pada harness atau seat harness atau sling. Pada dua karabiner ini dipalangkan dua karabiner lagi dengan kunci menghadap ke bawah. Tali yang menjulur ke bawah ditahan oleh salah satu tangan, dapat juga dibuat variasi dengan menggandakan sistem geserannya. Sistem geseran ini kemudian dikembangkan dengan pembuatan descendeur khusus.
VIII. Penutup
Rock climbing merupakan kegiatan yang memerlukan kekuatan, pikiran, skil dan keberuntungan, sehingga dibutuhkan latihan yang harus mencukupi sebelum melakukan pemanjatan yang sebenarnya. Bagi pecandu High Risk Sport, Rock climbing merupakan kegiatan di alam bebas yang sangat mengasyikkan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar